Tuesday, May 29, 2018

Pengertian VMI (Vendor Managed Inventory) dan Penerapan dalam Penguatan Kompetensi Perusahaan

1.      Penegrtian
Menurut SimchiLevi dkk (2000) dalam penelitiannya (Yosefa, Sitompul, & Alfian, 2015) VMI (Vendor Managed Inventory) merupakan strategi yang memerlukan waktu replenishment singkat dengan frekuensi pengiriman yang tepat waktu sehingga dapat mengurangi biaya persediaan. VMI dapat memperbaiki customer service level yang akan meningkatkan keloyalan retail terhadap supplier. VMI merupakan salah satu tipe dari RSP (Retailer Supplier Partnership) yang merupakan suatu strategi kolaborasi antara supplier dan buyer dimana dalam hubungan ini diperlukan kerjasama dan koordinasi yang baik antara kedua belah pihak untuk mendapatkan keuntungan yang dapat dirasakan bersama (Yosefa, Sitompul, & Alfian, 2015).

      Pada VMI, supplier memiliki wewenang untuk menentukan order quantity yang akan dikirim ke retail berdasarkan informasi data penjualan dan tingkat persediaan yang telah ditetapkan. Langkah dalam VMI adalah sebagai berikut:
a.     Ketentuan perjanjian kontrak harus dinegosiasikan, yang mana negosiasi keputusan nilai kepemilikan, kapan barang akan dikirim, persyaratan kredit, tanggung jawab pemesanan dan ukuran informasi seperti tingkat layanan atau persediaan.
b.      Hal-hal yang harus dieksekusi
-    Mengembangkan sistem informasi yang terintegrasi untuk supplier dan retailer. Sistem informasi tersebut harus mudah diakses oleh kedua belah pihak.
-        Mengembangkan teknik peramalan yang efektif untuk digunakan oleh vendor dan retailer.
-   Mengembangkan decision support tools untuk membantu dalam mengkoordinasikan kebijakan manajemen persediaan dan transportasi. Sistem yang dikembangkan tentu saja akan tergantung dari kemitraan.

     Adapun tujuan manajemen persediaan adalah memeliki jumlah persediaan yang tepat ditempat yang tepat, waktu yang tepat dengan biaya yang rendah. Ada 2 jenis persediaan menurut Sine (1994), yaitu fixed order system dan fixed order interval system. Tujuan utama dari sistem persediaan tersebut adalah untuk menentukan jumlah barang optimal yang harus dipesan dan periode pemesanan optimal.


2.      Penerapan Vendor Managed Inventory pada Penelitian Sebelumnya
a.      Pada penelitian (Dewi & Garside, 2015) tentang pengurangan bullwhip effect dengan metode vendor managed inventory di PT. Multi Sarana Indotami mempunya permasalahan pada permintaan yang tinggi dibandingkan dengan distributor. Variabilitas permintaan di setiap eselon pada struktur supply chain (bullwhip effect) dapat terjadi karena kurang stabilnya permintaan sehingga pabrik mengalami kesulitan dalam menentukan jumlah produksi. Pada permintaan salah satu produk unggulan dari PT. Multi Sarana Industri yaitu Noxone 297 AS ukuran satu liter mempunya banyaknya permintaan yang terjadi pada setiap periodenya, permintaan yang fluktuatif dari waktu ke waktu akan produk tersebut mengakibatkan pabrik mengalami kesulitan dalam menentukan jumlah produksi. Dan kurangnya komunikasi antar eselon mengakibatkan pihak pabrik mendapat permintaan yang lebih besar dibandingkan dengan distributor. Fenomena bullwhip effect adalah terjadinya permintaan yang relatif stabil di tingkat pelanggan akhir dan menjadi permintaan fluktuatif di bagian hulu supply chain. Perbedaan atau variabilitas permintaan sering ditemukan pada suatu supply chain.
Penerapan vendor managed inventory berdampak pada sistem komunikasi yang lebih aktif sehingga dapat mengatasi distorsi informasi yang terjadi. Data permintaan juga lebih transparan sehingga semua eselon (dari hilir ke hulu) mengetahui permintaan konsumen yang sebenarnya. Dengan data yang transparan, ramalan permintaan bisa dibuat lebih seragam sehingga tidak terjadi variabilitas permintaan di lini supply chain. Selain peramalan yang lebih seragam, keputusan stok juga lebih akurat dan pengadaan bahan baku bisa dilakukan dengan tepat waktu. Dengan melakukan penerapan vendor managed inventory di dua eselon, pabrik dan distributor dapat disimpulkan bahwa nilai bullwhip effect pabrik mengalami penurunan dari 1,03 menjadi 0,61 sedangkan nilai bullwhip effect distributor berkurang dari 1,44 menjadi 1.

b.  Pada Penelitian (Yosefa, Sitompul, & Alfian, 2015), tentang perancangan model VMI (Vendor Managed Inventory) dengan satu pemasok dan banyak retailer yang meminimasi ongkos total rantai pasok. Dalam penelitian ini, dilakukan pengembangan model VMI yang dibatasi pada kondisi satu supplier dengan banyak retailer. Dilakukan penentuan parameter, variabel keputusan, fungsi tujuan dan koefisien pembatas untuk merancang model. Model yang dirancang kemudian diimplementasikan ke dalam bahasa pemrograman AMPL dan solusinya didapatkan dengan penggunaan software NEOS.
Berdasarkan hasil perancangan, pegujian dan analisis yang dilakukan pada model dapat disimpulkan bahwa model optimasi yang dikembangkan merupakan model optimasi untuk meminimasi total biaya rantai pasok yang terdiri dari biaya di sisi supplier dan retailer yang melibatkan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Solusi yang dihasilkan model optimasi lebih baik dibandingkan solusi yang dihasilkan oleh Q System maupun WagnerWithin Algorithm.

c.   Pada Penelitian (Renitasari, Sumantri, & Sari, 2014), tentang penentuan kebijakan order produk skincare dan plaster dengan pendekatan vendor managed inventory studi kasus di PT. Beiersdorf Indonesia. Pada proses supply chain management terdapat masalah yaitu tidak dapat memenuhi kebutuhan distributor yang disebabkan oleh informasi yang tidak akurat dan tidak adanya persediaan yang mencukupi.
Hasil simulasi kebijakan VMI mengalami perubahan disebabkan oleh perubahan jumlah frekuensi pemesanan, jumlah penyimpanan produk serta pemenuhan permintaan. Jumlah frekuensi pemesanan akan berdampak pada order cost, semakin sering melakukan pemesanan maka akan semakin besar order cost yang akan dihasilkan. Sedangkan untuk jumlah penyimpanan berpengaruh pada holding cost, semakin banyak jumlah produk yang disimpan maka akan semakin besar pula holding cost yang akan dihasilkan. Sehinggan kedua hal tersebut tentunya akan mempengaruhi total cost inventory yang akan dihasilkan. Faktor pemenuhan permintaan akan berpengaruh pada service level yang akan dihasilkan. Tentunya kebijakan persediaan yang diterapkan seta pola permintaan juga akan memberikan dampak bagi faktor bagi pemenuhan permintaan

3.      Reference
Dewi, F. R., & Garside, A. K. (2015). Pengurangan Bullwhip Effect dengan Metode Vendor Managed Inventory. Jurnal Optimasi Sistem Industri Vol.14, No.2, 292-298.
Renitasari, R., Sumantri, Y., & Sari, R. A. (2014). Penentuan Kebijakan Order Produk Skincare dan Plaster dengan Pendekatan Vendor Managed Inventory (Studi Kasus: PT. Beiersdorf Indonesia). Jurnal Rekayasa dan Manajemen Industri Vol.2, No.3, 516-527.
Yosefa, Sitompul, C., & Alfian. (2015). Perancangan Model VMI (Vendor Managed Inventory) dengan Satu Pemasok dan Banyak Retailer yang Memminimasi Ongkos Total Rantai Pasok. Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol.5, No.2, 88-95.

No comments:

Post a Comment