Sharing dan Post semua yang sudah saya kerjakan. Semoga bermanfaat ((((((:
Monday, July 23, 2018
Wednesday, July 18, 2018
Tuesday, May 29, 2018
Pengertian VMI (Vendor Managed Inventory) dan Penerapan dalam Penguatan Kompetensi Perusahaan
1.
Penegrtian
Menurut SimchiLevi
dkk (2000) dalam penelitiannya (Yosefa, Sitompul, & Alfian, 2015) VMI (Vendor Managed Inventory) merupakan
strategi yang memerlukan waktu replenishment
singkat dengan frekuensi pengiriman yang tepat waktu sehingga dapat
mengurangi biaya persediaan. VMI dapat memperbaiki customer service level yang akan meningkatkan keloyalan retail terhadap supplier. VMI merupakan salah satu tipe dari RSP (Retailer Supplier Partnership) yang
merupakan suatu strategi kolaborasi antara supplier
dan buyer dimana dalam hubungan
ini diperlukan kerjasama dan koordinasi yang baik antara kedua belah pihak
untuk mendapatkan keuntungan yang dapat dirasakan bersama (Yosefa, Sitompul, & Alfian, 2015) .
Pada VMI, supplier memiliki wewenang untuk
menentukan order quantity yang akan
dikirim ke retail berdasarkan
informasi data penjualan dan tingkat persediaan yang telah ditetapkan. Langkah
dalam VMI adalah sebagai berikut:
a. Ketentuan perjanjian kontrak harus dinegosiasikan,
yang mana negosiasi keputusan nilai kepemilikan, kapan barang akan dikirim,
persyaratan kredit, tanggung jawab pemesanan dan ukuran informasi seperti
tingkat layanan atau persediaan.
b. Hal-hal yang harus dieksekusi
- Mengembangkan
sistem informasi yang terintegrasi untuk supplier dan retailer. Sistem
informasi tersebut harus mudah diakses oleh kedua belah pihak.
- Mengembangkan
teknik peramalan yang efektif untuk digunakan oleh vendor dan retailer.
- Mengembangkan
decision support tools untuk membantu dalam mengkoordinasikan kebijakan
manajemen persediaan dan transportasi. Sistem yang dikembangkan tentu saja akan
tergantung dari kemitraan.
Adapun tujuan
manajemen persediaan adalah memeliki jumlah persediaan yang tepat ditempat yang
tepat, waktu yang tepat dengan biaya yang rendah. Ada 2 jenis persediaan
menurut Sine (1994), yaitu fixed order
system dan fixed order interval
system. Tujuan utama dari sistem persediaan tersebut adalah untuk
menentukan jumlah barang optimal yang harus dipesan dan periode pemesanan
optimal.
2.
Penerapan Vendor
Managed Inventory pada Penelitian Sebelumnya
a. Pada penelitian (Dewi & Garside,
2015) tentang pengurangan bullwhip effect dengan metode vendor
managed inventory di PT. Multi Sarana Indotami mempunya permasalahan pada
permintaan yang tinggi dibandingkan dengan distributor. Variabilitas permintaan
di setiap eselon pada struktur supply
chain (bullwhip effect) dapat
terjadi karena kurang stabilnya permintaan sehingga pabrik mengalami kesulitan
dalam menentukan jumlah produksi. Pada permintaan salah satu produk unggulan
dari PT. Multi Sarana Industri yaitu Noxone 297 AS ukuran satu liter mempunya
banyaknya permintaan yang terjadi pada setiap periodenya, permintaan yang
fluktuatif dari waktu ke waktu akan produk tersebut mengakibatkan pabrik
mengalami kesulitan dalam menentukan jumlah produksi. Dan kurangnya komunikasi
antar eselon mengakibatkan pihak pabrik mendapat permintaan yang lebih besar
dibandingkan dengan distributor. Fenomena bullwhip
effect adalah terjadinya permintaan yang relatif stabil di tingkat
pelanggan akhir dan menjadi permintaan fluktuatif di bagian hulu supply chain. Perbedaan atau
variabilitas permintaan sering ditemukan pada suatu supply chain.
Penerapan vendor
managed inventory berdampak pada sistem komunikasi yang lebih aktif
sehingga dapat mengatasi distorsi informasi yang terjadi. Data permintaan juga
lebih transparan sehingga semua eselon (dari hilir ke hulu) mengetahui
permintaan konsumen yang sebenarnya. Dengan data yang transparan, ramalan
permintaan bisa dibuat lebih seragam sehingga tidak terjadi variabilitas
permintaan di lini supply chain.
Selain peramalan yang lebih seragam, keputusan stok juga lebih akurat dan
pengadaan bahan baku bisa dilakukan dengan tepat waktu. Dengan melakukan
penerapan vendor managed inventory di
dua eselon, pabrik dan distributor dapat disimpulkan bahwa nilai bullwhip effect pabrik mengalami
penurunan dari 1,03 menjadi 0,61 sedangkan nilai bullwhip effect distributor berkurang dari 1,44 menjadi 1.
b. Pada Penelitian (Yosefa, Sitompul, & Alfian, 2015) , tentang perancangan
model VMI (Vendor Managed Inventory)
dengan satu pemasok dan banyak retailer yang
meminimasi ongkos total rantai pasok. Dalam penelitian ini, dilakukan
pengembangan model VMI yang dibatasi pada kondisi satu supplier dengan banyak retailer. Dilakukan penentuan parameter,
variabel keputusan, fungsi tujuan dan koefisien pembatas untuk merancang model.
Model yang dirancang kemudian diimplementasikan ke dalam bahasa pemrograman
AMPL dan solusinya didapatkan dengan penggunaan software NEOS.
Berdasarkan hasil perancangan, pegujian dan analisis
yang dilakukan pada model dapat disimpulkan bahwa model optimasi yang
dikembangkan merupakan model optimasi untuk meminimasi total biaya rantai pasok
yang terdiri dari biaya di sisi supplier
dan retailer yang melibatkan biaya
penyimpanan dan biaya pemesanan. Solusi yang dihasilkan model optimasi lebih
baik dibandingkan solusi yang dihasilkan oleh Q System maupun WagnerWithin Algorithm.
c. Pada Penelitian (Renitasari, Sumantri, & Sari, 2014) , tentang penentuan
kebijakan order produk skincare dan plaster dengan pendekatan vendor managed inventory studi kasus di
PT. Beiersdorf Indonesia. Pada proses supply
chain management terdapat masalah yaitu tidak dapat memenuhi kebutuhan
distributor yang disebabkan oleh informasi yang tidak akurat dan tidak adanya
persediaan yang mencukupi.
Hasil simulasi kebijakan VMI mengalami perubahan
disebabkan oleh perubahan jumlah frekuensi pemesanan, jumlah penyimpanan produk
serta pemenuhan permintaan. Jumlah frekuensi pemesanan akan berdampak pada order cost, semakin sering melakukan
pemesanan maka akan semakin besar order
cost yang akan dihasilkan. Sedangkan untuk jumlah penyimpanan berpengaruh
pada holding cost, semakin banyak
jumlah produk yang disimpan maka akan semakin besar pula holding cost yang akan dihasilkan. Sehinggan kedua hal tersebut
tentunya akan mempengaruhi total cost
inventory yang akan dihasilkan. Faktor pemenuhan permintaan akan
berpengaruh pada service level yang
akan dihasilkan. Tentunya kebijakan persediaan yang diterapkan seta pola
permintaan juga akan memberikan dampak bagi faktor bagi pemenuhan permintaan
3.
Reference
Dewi, F. R., & Garside, A. K. (2015). Pengurangan
Bullwhip Effect dengan Metode Vendor Managed Inventory. Jurnal Optimasi
Sistem Industri Vol.14, No.2, 292-298.
Renitasari, R., Sumantri, Y., & Sari, R. A. (2014).
Penentuan Kebijakan Order Produk Skincare dan Plaster dengan Pendekatan Vendor
Managed Inventory (Studi Kasus: PT. Beiersdorf Indonesia). Jurnal Rekayasa
dan Manajemen Industri Vol.2, No.3, 516-527.
Subscribe to:
Posts (Atom)